12 Tahun Lalu
Di kampung kecil yang dikelilingi bukit dan sunyi, waktu tak pernah benar-benar pergi. Ia bersembunyi di antara daun kering dan bisik tetangga, membawa kembali luka yang tak lekang dibasuh hujan atau doa. Nama itu masih dibisikkan orang dengan nada takut dan jijik: Ama Siku. Dua belas tahun lalu, saat bulan belum sempurna bundarnya, sebuah keluarga habis terbantai di lereng Wairutu. Ayah, ibu, dan dua anak kecil ditemukan dalam diam yang paling mengerikan. Darah di dinding, parang di tanah, dan jejak kaki menuju kebun cengkeh yang remang. Kampung geger. Telinga berdengung. Doa-doa dinaikkan seperti tak cukup kuat membendung gelombang ketakutan. Dan nama Ama Siku muncul di ujung setiap kalimat gosip: “Dia tu su lama pendam marah.” “Itu tanah sengketa su bikin dia panas hati.” “Waktu istri dia mati, dia su bilang, nanti ada yang menyusul.” Padahal tak ada yang benar-benar melihatnya di tempat kejadian. Tapi di kampung seperti ini, kalau cukup banyak oran...