Pelukan Janggal
Di sudut sunyi kampung halaman,
aku menulis nama kita di tanah merah—
tempat air mata lebih jujur dari kata-kata,
dan cinta hanya jadi hak mereka yang serupa rupa.
Kau dan aku, bukan dosa,
tapi di mata mereka, kita kesalahan
yang harus diamputasi dari perayaan,
karena cinta—di sini—harus tunduk pada aturan yang tak pernah kita tuliskan.
Mengapa kasih harus mengantongi izin?
Mengapa hati tak bebas memilih pelabuhan?
Sedang matahari tak pernah tanya
agama siapa yang ia hangatkan tiap pagi.
Aku lelah mencintaimu dalam bisik,
dalam lorong gelap penuh penghakiman
sebab bagi mereka, cinta kami tak pantas
karena tak cocok dengan tafsir dan tradisi yang keras.
Cinta ini bukan pelanggaran,
bukan pencurian, bukan perusakan.
Tapi dunia lebih cepat mengusir
daripada memahami.
Jadi kutulis puisi ini sebagai perlawanan—
bukan untuk menang,
tapi untuk bertahan
agar cinta tahu: ia pernah hidup di antara luka dan larangan.
#danke
Komentar
Posting Komentar